Minggu, 10 Januari 2010

...Keluarga Roebling..kisah kerja keras dan pengabdian keluarga insinyur.....

Sambil nungguin siaran liga inggris di salah satu TV Swasta nasional, dan ditemani sekantong kacang rebus seharga Rp. 10.000.- (kalo mo beli, ada di depan SPBU tuh...) pencet tombol remote nyari acara yang bagus. Bolak-balik chanel, ketemu pilem dokumenter tentang Roebling’s family dan masterpiece mereka..”Brooklyn Bridge”.

Dikisahkan tentang mimpi seorang John Augustus Roebling yang bercita-cita membangun jembatan penghubung kota Manhattan-Brooklyn, New York. Sebuah guyonan.., kata orang-orang saat itu, mengingat lebar sungai yang nyaris mencapai 500 meter!! Walopun demikian, dengan kegigihan dan keseriusannya, keinginan membangun jembatan ini akhirnya disetujui oleh pemerintah kala itu, dan proses pembangunan-pun dimulai

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak..” saat melakukan survei, John mendapat kecelakaan dan kemudian mangkat. Dia wafat saat sedang bertugas (kalo sekarang dapat kenaikan pangkat anumerta kali ya...). Kalo gak salah, itu kejadiannya tahun 1869. Beban dan tanggungjawab proyek kemudian diserahkan kepada sang anak, Washington Roebling.

Saat proyek pembangunan jembatan berjalan, muncul masalah. para pekerja mulai diserang berbagai penyakit dan kemudian beberapa orang tewas!! (kalo disini dibilang jadi tumbal penunggu jembatan tuh!!), bahkan sang arsitek sendiri, Washington Roebling, juga terkena penyakit parah yang bikin do’i terkapar tak berdaya.
Melihat kondisi ini, pemerintah kota berencana menghentikan proyek. Tapi Washington ngotot supaya proyek terus berjalan dan ngusulin istrinya, Emily, sebagai wakil dia di lapangan. Oke lah kalo begitu..at last, pemerintah setuju dan proyek dilanjut. Emiliy yang sebelumnya adalah ibu rumah tangga biasa, bertugas menjadi insinyur penghubung antara Washington dengan para kepala insinyur lapangan. Sebuah tugas yang gak ringan, karena dia harus menerjemahkan pemikiran, perhitungan dan analisa sang suami yang karena penyakitnya, bahkan bikin dia gak bisa bicara!.

Singkat kata, proyek selesai pada tahun 1883. Tapi tunggu dulu, beberapa tahun kemudian terbongkarlah kasus skandal pengadaan kabel jembatan. Haigh, pemasok kabel jembatan yang ditunjuk oleh pemerintah (ini prosesnya PL, karena dulu belum terbit Keppres 80/2003 ttg pengadaan barang dan jasa..wkwkwkw), ternyata menyuplai kabel jembatan yang kualitasnya gak sesuai dengan TOR. Haigh yang memiliki koneksi cukup kuat di pemerintahan, telah melakukan korupsi pengadaan kabel jembatan!! (untung lom ada KPK, kalo gak lewat lo!).

Washington memperkirakan, kalo dibiarkan dengan kualitas kabel dari Haigh (kayaknya KS 8, banci lagi!!) jembatan ini gak bakal kuat dan akan membahayakan manusia. Untuk itu, dia dan timnya putar otak untuk kemudian memutuskan menambah sejumlah kabel lagi dan memodifikasi tingkat kekuatan bebannya. Akhirnya “Brooklyn Bridge” benar-benar selesai, dan lihat...





Sampe sekarang jembatan ini masih berdiri kokoh!!

Seperti motto produsen sepatu terkenal dari jerman..”impossible is nothing!”, keluarga Roebling membuktikan bahwa sesuatu yg gak mungkin menurut orang lain, dapat menjadi mungkin jika dilakukan dengan usaha, kerja keras, dan kekuatan hati. Keluarga ini juga mengajarkan bahwa Ide atau gagasan aja gak akan berarti apa-apa, jika tidak dicoba untuk dilaksanakan, seperti katan Alm. WS. Rendra..”dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata...”, atau seperti motto produsen sepatu terkenal lainnya..”Just do it!”..jangan biarkan mimpi tinggal mimpi kalo ada kemungkinan untuk mewujudkannya.

Terakhir, usaha butuh pengorbanan,.. “no pain no gain”. Keluarga Roebling telah berkorban banyak untuk menyelesaikan proyek jembatan Brooklyn ini. Mereka telah mendedikasikan hidup mereka untuk keberhasilan mewujudkan mimpi. Dan yang paling penting, bahwa mereka sudah habis-habisan bukan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi, tapi untuk kemaslahatan orang banyak!
Di-roebling-kan pada jam 01.30 WIB, dan MU ketinggalan 0-1..Shit!

Tidak ada komentar: